Movie review #1: Fantastic Beasts and Where to Find Them

November 21, 2016

 

Judul: Fantastic Beasts and Where to Find Them
Sutradara: David Yates
Penulis naskah: JK Rowling
Tanggal rilis: 16 November 2016 (Indonesia)
Casts: Eddie Redmayne, Katherine Waterson, Alison Sudol, Dan Fogler, Ezra Miller, Colin Farrell, Carmen Ejogo etc.
Rating IMDB: 8,1/10 (per 20 November 2016)


Potterheads di seluruh dunia, tak terkecuali aku, sorak-sorak bergembira.

Sejak 2 tahunan lalu isu pembuatan film ini sudah mulai berhembus dan aku semacam dikipas-kipas oleh aroma sedap yang bikin ngiler. Entah perumpamaan macam apa ini. Intinya aku salah satu dari banyak orang yang penasaran sejak pertama kali ide pembuatan film ini dipublikasi di media. Ketika filmnya akhirnya tayang, aku termasuk yang menyempatkan diri nonton pada hari pertama penayangannya di bioskop Indonesia.

Tapi jangan harap bisa ketemu Harry dan teman-temannya di film ini ya, soalnya setting waktunya berbeda sangat jauh (kira-kira 70 tahun sebelum Harry cs masuk Hogwarts). Kita akan dibawa ke dunia sihir berlatar di Amerika Serikat sekitar tahun 1926. Newt Scamander, seorang magizoologist asal Inggris datang ke Amerika bersama sebuah koper yang isinya berbagai jenis hewan gaib peliharaannya. Setiba di Amerika, terjadi serangkaian peristiwa yang mengakibatkan hewan-hewan itu lepas tanpa sengaja. Mulailah Newt bertualang demi mengumpulkan kembali hewan-hewan kesayangannya dibantu kakak beradik Porpentina dan Queenie Goldstein serta seorang No-Maj (istilah orang Amerika untuk Muggle) bernama Jacob Kowalski. Udah ngumpulin hewannya susah, tambah lagi mereka harus ngumpet-ngumpet dari pantauan Kongres Penyihir Amerika (MACUSA) yang menjaga ketat kerahasiaan komunitas sihir pada masa itu. Kerahasiaan status ini dijaga ketat bukan tanpa alasan. Kondisi kaun penyihir dan No-Maj yang tidak akur tidak memungkinkan dunia sihir untuk terekspos. Tapi ternyata konsekuensi dari gesekan dua masyarakat tersebut membawa dampak yang mengerikan. Kondisi ini lalu dimanfaatkan oleh seorang dark wizard kenamaan, demi mencapai tujuannya.

Kurasa bagi sebagian orang nonton Fantastis Beasts rasanya lebih 'bebas' karena tidak ada ekspektasi yang harus dipenuhi. Maksudnya, saga Harry Potter dulu mengadaptasi langsung novel-novelnya, sementara Fantastic Beasts tidak punya jalan cerita baku untuk dibandingkan. Buku karangan JK Rowling yang berjudul sama tidak lain adalah textbook pegangan para siswa Hogwarts berupa semacam ensiklopedi hewan-hewan magis. Petualangan Newt bersama hewan-hewan tersebut cuma bisa kita ketahui kalau kita nonton film ini.

Dalam film ini, Rowling menghadirkan berbagai karakter baru dan mengeksplorasi sisi lain dari dunia sihir. Ternyata dunia sihir itu nggak cuma seluas daun kelor, Bray. Yang dibuka di Harry Potter itu ternyata baru seuprit. Saya kembali dibuat kagum oleh imajinasi Rowling yang kaya nggak ada batasnya. Dunia sihir yang dia ciptakan kompleks sekaligus solid, bikin kita percaya kalau dunia semacam itu sungguh-sungguh ada.

Secara pribadi aku sukaaaaaa banget penggambaran karakter Newt. Tipikal orang pinter yang seolah terperangkap nyaman dalam dunianya sendiri. Awkward saat bersama orang-orang, tapi bebas berekspresi saat bersama hewan-hewan magis kesayangannya. Menyenangkan juga menyaksikan dia berubah pelan-pelan, sedikit demi sedikit jadi lebih terbuka dan menemukan sosok sahabat dalam diri Tina, Queenie dan Mr. Kowalski. Pemilihan Eddie Redmayne untuk memerankan Newt juga sangat tepat. Pantas rasanya dia diganjar penghargaan setelah aktingnya memerankan ilmuwan Stephen Hawking dalam The Theory of Everything. Sepertinya dia akan menjadi aktor watak favorit saya berikutnya 😁

Selain para aktornya, daya tarik lain film ini jelas hewan-hewannya. Bagi yang sudah baca buku Fantastic Beasts, hewan-hewan itu selama ini hanya ada dalam khayalan saja. Nah, di film ini hewan-hewan itu kelihatan wujud aslinya, dan semuanya memang fantastis. Mulai dari Niffler yang nakal tapi lucu, Mooncalf yang imut, Demiguise yang jahil sampai Thunderbird yang kereeeeeeeeeen banget. Selain itu, selayaknya di dunia sihir, kita akan kembali disuguhkan mantra-mantra dan aksi sihir yang sudah cukup familiar. Tapi bukan hanya itu kejutannya. Di film ini kita akan melihat sihir jenis baru yang lumayan, ehm, mengerikan. Cuma, kita harus menunggu film-film berikutnya untuk tahu lebih dalam mengenai sihir ini. Penasaran, Coy 😋

Film ini menjadi debut JK Rowling dalam hal menulis naskah film (screenwriting). Berhubung aku bukan anak sastra atau perfilman, bukan tempatku untuk menilai dialog-dialog yang ada. Meski begitu selama nonton memang tidak ada line yang memorable. Beda sama film Harry Potter pertama yang mau nggak mau adegan "It's Levi-ooo-sa, not Leviosaaa~"-nya langsung nempel di kepala. Di atas semua itu pastinya tantangan terberat bagi JK Rowling adalah membuat karakter Newt dan ceritanya menjadi sama ngangeninnya dengan Harry dan kawan-kawannya. Dan aku pun jadi bertanya-tanya, apakah hewan-hewan kesayangan Newt ini akan punya andil membantu sang pemilik menyelesaikan masalah yang terjadi di dunia sihir? Well, maafkan kalau khayalanku terlalu mengawang 😅

Terlepas dari kekurangan-kekurangan yang masih dimilikinya, jelas film ini sangat sayang dilewatkan oleh penggemar Harry Potter. Tujuh buku, delapan film, dan satu cerita tambahan rasanya masih kurang untuk memuaskan rasa haus kita akan petualangan yang lebih dan lebih banyak lagi di dunia sihir. Lagipula dunia sihir dan para penghuninya masih perlu banyak dieksplorasi, masih banyak sudut yang belum dijelajahi, pun rahasia yang belum dibuka. Untungnya JK Rowling sudah mengumumkan akan ada 5 film dalam rangkaian Fantastic Beasts ini. Senang rasanya mengetahui masih akan ada petualangan yang bisa dinikmati! 😆

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts