personal life

How To Safely Pass High School Part 1: New Grade, New School, New Life

July 25, 2018

Tahun ini, aku kembali jadi guru di SMA yang sama dengan tempatku jadi guru drilling selama 3 periode. Namun kali ini aku ganti amanah, menjadi guru mata pelajaran untuk tiga kelas di tenth grade. As expected, para pendatang baru ini jelas beda banget 'penampakannya' dengan kakak-kakak kelasnya. Mereka masih ragu, masih lugu, masih malu-malu, masih banyak diam, masih bingung, dan mungkin masih belum move on dari masa SMP.

Nggak bisa disalahkan sepenuhya, though. Mereka mungkin sudah berpikir bahwa pelajaran SMA akan lebih susah. Plus bertemu guru baru dan mengenal istilah penjurusan. SMA juga merupakan masa persiapan mereka masuk kuliah. So I guess there's a lot in their mind.
Image result for 10th grade

Tapi justru karena itulah masa SMA adalah masa terpenting dalam sejarah persekolahan dan pendidikan. Masa terpenting ini harus dilewati dengan serius tanpa kehilangan antusiasme. So, karena aku pernah jadi freshman in high school, boleh lah ya, berbagi tips buat para freshman supaya bisa menikmati jadi siswa baru dengan bahagia. Check them out.

  1. Be excited! Dengan status baru sebagai anak SMA (yang ditandai dengan grade yang lebih tinggi), ada semakin banyak peluang dan hal-hal baru yang bisa dieksplorasi. Mulai dari seragam yang sudah ganti warna, penjurusan, sampai ekskul di SMA yang pasti beda dengan SMP. Ini adalah dunia baru yang kalian freshmen masuki, jadi terjunlah ke dalamnya dengan gembira!
  2. Berkenalan dan berteman dengan semua teman seangkatan. Sekelas atau tidak, kalian akan menjalin kekeluargaan selama tiga tahun di SMA. Kekompakan kalian harus mulai dibangun dari hari pertama masuk sekolah baru. Pastinya kompak dalam hal baik yaaa.
  3. Mengenali karakter setiap guru dan jika memungkinkan, 'berteman' dengan mereka. Setiap guru punya karakter dan gaya mengajar yang berbeda. Ada guru yang fun, yang strict, serta yang cuek. Inilah asyiknya, tiap pelajaran beda-beda atmosfernya. Yang terpenting, jangan terpengaruh karakter guru! Tetap patuhi aturan mereka dan ikuti pelajaran dengan serius. Jangan malu juga untuk mendatangi guru ketika kalian merasa belum memahami suatu materi. Mereka akan dengan senang hati membantu, kok.
  4. Patuhi aturan sekolah. Pakai seragam dengan rapi, datang tepat waktu, dan tidak melakukan pelanggaran yang tidak perlu. Kalau kalian mematuhi peraturan, kalian tidak akan dapat teguran dan mempunyai kesan yang baik di mata guru, kakak kelas, dan orang tua. Ini adalah awal yang bagus untuk kehidupan sekolah kalian di SMA. Mematuhi peraturan juga langkah penting untuk menumbuhkan disiplin. Awalnya akan terasa berat dan susah, tapi percayalah, bertahun kemudian, upaya ini akan membawa manfaat yang sangat besar.
  5. Seimbangkan belajar dengan bersenang-senang. Ini sih nggak perlu dijelasin lagi. Jangan sampai kalian jadi anak kurang gaul dan dikatain ansos karena kerjaannya belajar melulu. Tapi jangan sampai juga nilai-nilai kalian jadi kurang memuaskan karena terlalu banyak organisasi dan bermain sama teman.
  6. Punyailah karakter dan keteguhan hati. Jangan terpancing omongan teman yang katanya kalau nggak merokok nggak gaul, nggak nongkrong sampai malam sama dengan cupu, nurut orang tua dikatain anak mami. Semua omongan itu nonsense. Jadi anak baik nggak pernah cupu! Plus, jangan melakukan sesuatu yang mungkin akan kalian sesali di kemudian hari. Pikirkan setiap konsekuensi, berpikirlah sebelum bertindak.
  7. Pikirkan cita-cita dan passion kalian sejak sekarang. Buat rencana jangka panjang mau kuliah di mana dan jurusan apa. Apa nggak terlalu jauh berpikir sekarang? Apply kuliah kan baru nanti di kelas duabelas? Hey, nggak ada istilah terlalu jauh atau terlalu dini untuk merencanakan sebuah cita-cita. Membuat rencana jangka panjang akan menghindarkan kalian dari kebingungan memilih jurusan sekaligus menghindari penyesalan ketika nanti kalian ada di titik jenuh atau merasa bahwa pelajaran di jurusan kalian sulit. Menemukan passion yang ingin kalian tekuni akan membantu kalian menemukan ekskul yang bisa diikuti di sekolah. Siapa tahu kalian malah jadi pionir ekskul baru (yang pastinya bermanfaat dan disetujui guru).
  8. Semakin rajin beribadah. Bagi yang Muslim, sudah tahu dong yaa, kalau anak SMA itu sudah baligh dan hukumnya wajib mengerjakan sholat fardhu 5 waktu (you know the consequences, Guys). Selain menjalankan kewajiban, beribadah akan menjauhkan kalian dari pikiran dan perbuatan negatif di masa yang penuh gejolak ini.
  9. Menjalin hubungan yang akrab dengan orang tua. SMA adalah masa penuh drama. Pada masa ini kalian butuh tempat curhat yang terpercaya, yang sekaligus bisa memberikan bimbingan. Dalam hal ini, siapa lagi yang lebih baik dari ayah dan ibu kita sendiri? Well, gejolak muda akan membuka banyak peluang terjadinya benturan dengan orang tua. Untuk mengatasinya, sederhana saja, komunikasi. Satu bicara, satu mendengar. Sampaikan apa yang kalian mau, lalu dengarkan apa yang orang tua kalian mau. Cari titik temu dan buat kompromi. Awalnya mungkin sulit, tapi tetap lakukan pelan-pelan. Pasti lama-lama hubungan dengan orang tua bisa harmonis.
Terakhir, sebagai renungan kalian, ingatlah satu hal ini: Kalian sudah jadi anak SMA, maka bersikap, berpikir, dan bertindaklah seperti anak SMA. Dunia semakin terbuka buat kalian, tapi tanggung jawab juga semakin besar. Nikmati harimu jadi anak putih abu-abu! 😁



*Image taken from Google

happiness

Top 3 Languages I Want to Learn

July 23, 2018

Image result for language
Icha dan bahasa itu kayak… seorang gadis yang tergila-gila pada pangerannya. Halah, perumpamaan yang aneh. Yang pasti, sejak kecil aku seakan sudah ditakdirkan untuk berjodoh dengan bahasa dan kata-kata. Hipotesis kuat: Efek punya Mamah cerewet, anaknya ketularan, ngomongnya jadi banyak, temponya cepet, suaranya kenceng (plus cempreng). Selain banyak ngomong, Mamah dan Papah juga membuat default setting-ku selalu dekat dengan buku. Yang ini udah nggak perlu ditanya, nggak sekali dua kali aku membicarakan kecintaanku pada buku.

Mungkin berawal dari situlah, aku tumbuh dan berkembang menjadi orang yang sangat menyukai bahasa. Dalam beberapa kali psikotes atau tes IQ, kemampuan bahasaku mendapatkan nilai paling memuaskan. Aku merasa cepat mempelajari bahasa baru, setidaknya untuk tata bahasa standar dan percakapan dasar. Suamiku bahkan memujiku untuk hal ini (yang mana sangat susah mendapatkan pujian darinya terkait kecerdasan). Jangan berharap aku semacam anak sastra yaa, mentang-mentang suka bahasa njuk aku diharapkan bisa berkisah atau bersajak-rima. Masih jauuuuuh.

Anyway, menjadi polyglot adalah salah satu mimpiku. Aku ingin bisa bicara dalam setidaknya enam bahasa, selain bahasa Indonesia dan Jawa yang sudah jadi mother language. Mempelajari banyak bahasa asing ternyata juga punya banyak manfaat, di antaranya mencegah alzheimer dan demensia. Sejauh ini, bahasa Inggrisku masih dalam perjalanan untuk membuatku bertahan hidup (LOL). Namun aku lemah dalam kosakata. Cakupan vocabulary-ku sangat sempit. Jadi untuk urusan bahasa Inggris, berlatih bicara dan banyak membaca adalah langkahku menuju kelancaran. Tapi namanya juga kaum INFP, melihat sesuatu yang baru sama dengan ngiler untuk menjajal. Saat ini ada beberapa bahasa baru yang ingin kupelajari. Here the top 3 of them.

  1. Jepang. Aku mulai suka Bahasa Jepang sejak SMP, nggak lain karena lagu-lagunya Utada Hikaru (yang berawal dari lagu berjudul Hikari). Mulai SMA dan kuliah, aku suka nonton anime dan dorama (drama Jepang), lalu jadi makin ingin belajar. Habis lulus S1, sementara menunggu bukaan pendaftaran S2, aku memanfaatkan waktu dengan les bahasa Jepang. Saat itu baru level sangat basic dan aku ingin melanjutkannya lagi, tapi belum ada waktu. Selain karena suka, aku yang dasarnya kepengen banget travelling ke Jepang ini merasa perlu belajar karena hanya sangat sedikit orang Jepang yang bisa Bahasa Inggris. Kalau mau ke sana, nggak lucu banget kalau aku nggak bisa berkomunikasi dan baca tulisan atau tanda di sana. Kesasar di negeri orang kan berabe. Bahasa Jepang ini menurutku cukup mudah dilafalkan, tapi susahnya mungkin di bagian menghafal huruf kana dan kanji.
  2. Korea. Ini sih gara-gara sering nonton drama dan variety show waktu kuliah. Kebiasaan ngikutin jadinya ngomongnya sekarang eotteohkkhae-eotteohkkhae gitu. Di luar dugaan, Bahasa Korea cukup mudah dipelajari. Dari segi tulisan, kuakui Hangul lebih mudah dihafalkan, dibaca, dan ditulis (baca Kana aku masih ngeja). Meski demikian ternyata dalam urusan ejaan, Hangul termasuk ribet. Hangul terdiri dari konsonan dan vokal, nggak seperti Kana yang hurufnya merupakan bunyi atau suku kata. Kadang pengucapannya terdengar sama, tapi penulisannya dalam Hangul bisa beda. Plus, ternyata disarankan untuk nggak belajar bahasa Jepang dan Korea dalam waktu bersamaan biar nggak bingung, karena dua bahasa ini masih serumpun dan bentuk katanya banyak yang mirip.
  3. Sanskrit. Sejak dulu, kata-kata atau nama dalam bahasa Sanskrit entah kenapa bagiku terdengar indah. Meski faktanya kosakata bahasa Indonesia dan Jawa banyak yang merupakan serapan dari Sanskrit, bahasa asing ini nggak banyak dipelajari orang. Saat ini bahasa yang paling dekat dengan Sanskrit mungkin bahasa Hindi atau bahasa India. Menurut Mamah yang pernah mempelajari bahasa ini saat kuliah, Sanskrit adalah bahasa yang rumit dari segi tata bahasa dan tulisan (Sanskrit menggunakan tulisan Devanagari yang sering kita jumpai di sinema India). Tapi justru itu yang membuat Sanskrit begitu menantang untuk dipelajari. Apalagi ada Sanskrit dalam namaku. Hoho.
Sebenarnya ada banyak bahasa yang perlu kupelajari untuk tujuan praktis, tapi yang betul-betul ingin kupelajari ya tiga bahasa itu. Kira-kira perlu belajar bahasa lain nggak ya? Any ideas?



*Image taken from Google

2018

2018: What to Change

January 01, 2018

Image result for change
  
First day on 2018.

Aku memang nggak merayakan tahun baru, tapi nggak dipungkiri, memikirkan sesuatu yang dijadikan resolusi jadi semacam kebiasaan setiap pergantian angka Masehi. Nggak terkecuali tahun ini, aku memikirkan beberapa hal yang rasanya ingin aku ubah di 2018. Tapi kalau lagi-lagi bikin resolusi semisal memperkecil nilai angka timbangan gitu kok malah jadi sesuatu yang horor dan rawan nggak terlaksana. Kayanya mending tahun ini fokus ke mental health aja. Katanya sehat atau sakitnya badan itu awalnya dari pikiran jadi mending pikirannya dulu yang dibenerin deh.

These are things I gotta change on 2018.

1. Hidup tanpa mengikuti standar orang lain
Mungkin karena aku orangnya sangat sangat kompetitif, tanpa sadar aku memandang hidup ini juga sebagai sebuah kompetisi. Dulu, orang udah pada nikah tapi aku belum, aku panik. Orang udah sampai luar negeri sedangkan aku belum sampai mana-mana, aku panik. Aku merasa berada di level yang berbeda dengan mereka. Panikku memang diam-diam, di luar biasa aja, tapi demotivated di dalam. Menggerogoti mental, takut diomongin orang di belakang karena aku yang begini cuma 'segini'. Tahun ini aku merasa perlu banget mengurangi sikap kompetitif dalam hidup dan menciptakan standarku sendiri. Dan ini harus dimulai dengan berpijak kuat pada prinsip dan nilai yang kupegang selama ini. Dalam beberapa hal mungkin standarku lebih tinggi dan dalam beberapa yang lain lebih woles dibanding orang kebanyakan. But that's ok. Yang penting tenang dan bahagia.

2. More books, less social media
Godaan social media itu emang sumpret ngeselin banget. Apapun namanya, mereka ngawe-awe, mengundang buat dibuka, di-stalk, dan ujung-ujungnya baper. Nge-sosmed itu menghabiskan kuota, wasting time dan menyerap energi mental dalam jumlah besar. I see my Mum and husband living very peacefully without social media dan rasanya kepengen banget bisa seperti mereka. Yang lebih menyebalkan, sosial media mengurangi banyak waktuku untuk baca buku. Dan karena jadi jarang baca, endurance dan konsentrasi menurun drastis banget. I honestly miss my old self yang bisa baca buku hampir 1000 halaman dalam waktu kurang dari 3 hari.

3. Baca (dan review) 25 buku dalam setahun
Ini ceritanya penerapan dari resolusi no. 2 tadi. I seriously have to invest much more time to read supaya target ini bisa terpenuhi. Malu banget di 2017 ikut reading challenge yang berujung gagal total. Tahun ini harus bikin perkembangan yang lebih baik biar suami juga makin ikhlas beliin buku, nggak dimencepin dan dibilang tsundoku karena beli buku mulu tapi banyak yang belum kebaca.

4. Menyisihkan 10% dari penghasilan di awal bulan untuk masuk tabungan
Demi tercapainya cita-cita mendatangi setiap acara nikahan sepupu dan travelling baik di dalam dan luar negeri, langkah ini harus banget dilakukan. Dan bener-bener harus keras pada diri sendiri supaya nggak kelabakan ketika ada acara atau keperluan mendadak yang butuh dana.

Semoga resolusi simpel ini bisa bikin hidupku lebih baik di 2018. Apa resolusimu? Mari berjuang sama-sama supaya harapan-harapan baik kita bisa tercapai semuanya! 😄 


*Image taken from Google

25 Songs 25 Days

25 Songs, 25 Days: Day 05

October 18, 2017

Day 05: A song that s often stuck in your head


Tiga bulan lalu aku menemukan sebuah lagu bagus dari boyband Korea kesukaan sepupuku, kelompok sembilan ikemen bernama EXO. Lagu itu berjudul Ko Ko Bop. Awalnya aku search lagu itu karena si sepupu gencar ngetwit, bilang kalau lagu itu membuatnya kecanduan.


Ko Ko Bop punya banyak part nada yang asik, yang sering banget autoplay di kepalaku. Sering banget pas lagi ngapain, tiba-tiba randomly nyanyi "Ah woo~ goyohan bamiya~" atau pas di boncengan motor tiba-tiba "It goes down down baby~" 😃

Aku sebenarnya bukan fangirl boyband apapun, tapi setelah mendengarkan beberapa lagunya, kuakui EXO termasuk boyband yang kusukai (selain BTS 😁). Wajah-wajah personelnya mampu melepas penat di mata, pun suaranya nggak bisa dibilang jelek. Setelah mendengarkan beberapa lagu, aku menobatkan diri berada di barisan penggemar Do Kyung Soo alias D.O, salah satu vokalis EXO. Karena kalau nyanyi bareng pasti sambil dance dan dibantu record, aku justru mengenali suaranya ketika nyanyi terpisah dengan beberapa personel yang vokalis saja. Wajahnya juga manis. Gaya khasnya kalo nyanyi pas part-nya pasti di-shoot dari samping, dengan tatapan cool tapi pelit senyum dan kepala diangkat. Ah, ini mah gestur mengundang para gadis menjerit-jerit 😃



*video taken from Youtube

25 Songs 25 Days

25 Songs, 25 Days: Day 04

October 17, 2017

Day 04: A song that calms you down


Aku menemukan lagu ini baru beberapa minggu lalu dan langsung jatuh cinta.
Sea - BTS.

Meski minim vokal, lebih banyak rap, lagu ini secara keseluruhan sederhana dan manis. Suara debur ombak yang menyapa telinga sebelum intro yang mendayu selalu membuatku merasa benar-benar berada di tepi laut (tahu kan kalau aku suka sekali dengan laut?). Rap Monster, sebagai rapper pembuka lagu ini, lebih slow menyuarakan part rap-nya. Lebih terkesan seperti membacakan sebuah puisi, tapi justru membawaku pada suasana angst yang bittersweet.




Bagian kesukaanku tentu saja refrain. Bagian ini adalah bagian yang menurutku paling indah. Nadanya lembut dan makna liriknya...

희망이 있는 곳엔 반드시 시련이 있네
Where there is hope, there is always hardship

V alias Kim Tae Hyung menutup lagu dengan suara rendahnya yang tebal, menyuarakan nada yang sama dengan refrain namun mengambil oktaf lebih rendah. Lirik di bagian ini adalah penerimaan untuk kesedihan. Seperti ketika kita berada di tepi laut, mendengarkan ombak dan memikirkan seluruh rasa sedih dan galau. Kita meresapinya sebentar saja, mengizinkan diri sendiri untuk bersedih sejenak lalu meninggalkan kesedihan itu bersama jejak kaki yang hilang disapu ombak. Penerimaan rasa sedih yang sebentar ini membuat kita tetap manusiawi, secara bersamaan mengosongkan emosi untuk menghadapi apa yang ada di depan selanjutnya.

Lagu ini membawa efek yang berbeda tergantung suasana hatiku saat mendengarkannya. Aku pernah mendengarkannya saat marah dan dengan cepat darahku yang mendidih jadi dingin. Aku pernah mendengarkannya ketika sedang sangat sedih dan langsung tersengguk tepat ketika refrain dinyanyikan, tapi habis itu jadi lega. Yang jelas ketika tubuh dan pikiran sedang lelah, lagu ini jadi pilihan untuk kudengarkan sampai aku ketiduran.

Bagiku lagu yang menenangkan nggak mesti lagu yang seluruhnya manis. Lagu yang angst pun bisa menenangkan karena sejatinya emosi dan perasaan yang harus ditenangkan.


*video taken from Youtube

25 Songs 25 Days

25 Songs, 25 Days: Day 03

October 16, 2017

Day 03: A song that reminds you of one/both of your parents


As a child from divorced parents, I think it is understandable that I have very few memories of me being with them. Together. Meskipun begitu aku bersyukur tetap punya beberapa memori manis yang masih bisa kuingat. Salah satunya antara aku, orang tuaku dan bioskop.

Pertama kalinya aku nonton bioskop adalah waktu aku masih TK. Mamah dan Papah mengajakku nonton The Lion King. Aku excited banget melihat deretan poster film, popcorn, ruangan dengan layar super besar. Excitement kali pertama itu memuncak ketika teater digelapkan dan hentakan Circle of Life membuka film, dengan adegan matahari terbit tampak di layar. Perasaan luar biasa dalam diriku, yang mungkin saat itu berumur belum lima tahun, masih bisa kuingat dan kurasakan sampai sekarang. Hari itu untuk pertama kalinya Mamah dan Papah membawaku ke tempat yang akan jadi salah satu tempat kesukaanku. Aku kadang masih sulit menahan air mata kalau mendengar lagu ini ketika sedang posisi sendirian atau nggak sengaja ingat kenanganku waktu kecil. Ini aja ngetiknya sambil mbrambangi 😢




It's the circle of life
And it moves us all
Through despair and hope
Through faith and love
Till we find our place
On the path unwinding
In the circle
The circle of life

Lagu ini sangat sangat indah. Apalagi kalau sudah pernah nonton filmnya, adegan matahari terbit dan hewan-hewan berbondong-bondong menuju Pride Rock itu unforgettable. Liriknya simpel dan penuh makna. Bahwa kehidupan setiap makhluk di dunia saling terkait dan, seperti kata Mufasa pada Simba, setiap makhluk menjalankan perannya dalam lingkaran raksasa itu. Mufasa bahkan menjelaskan contoh simpelnya, rantai makanan, dari anorganik kembali menjadi anorganik. Bahasa 'asing' pembuka lagu ini, menurut yang kubaca di Metrolyrics, adalah bahasa Zulu, Afrika. Suasana savana-nya jadi kerasa banget kan?

Lagu ini (beserta filmnya of course) membentuk salah satu kenangan terindahku bersama Mamah dan Papah. Meski kenanganku bersama Mamah dan Papah, bersama-sama, nggak banyak yang bisa kuingat, aku bersyukur punya hal indah yang bisa kuingat, bersyukur pernah jadi gadis kecil yang bermanja mesra dengan mereka. Lagu ini adalah mesin waktu bagi Icha yang, insya Allah, sudah dewasa untuk kembali ke masa kecilnya yang sangat bahagia.


*video taken from Youtube

25 Songs 25 Days

25 Songs, 25 Days: Day 02

October 15, 2017

Day 02: A song that reminds you of your most recent ex-boyfriend/girlfriend


Sejujurnya aku cuma pacaran satu kali, terus aku dilamar dan menikah sama pacarku itu. Jadi aku nggak punya ex-boyfriend 😃 Tapi sebelum sama dia, jumlah gebetanku jangan ditanya. So instead of dedicating this category to an ex-boyfriend, I will tell you a song that reminds me of my ex-gebetan 😅

Pria ini adalah gebetanku sepuluh tahun yang lalu. Meski aku punya banyak gebetan, dia ini gebetanku yang paling 'ada ceritanya'. Intinya aku suka sama dia tapi dia suka sama orang lain. Aku agak lupa ceritanya, tapi kemudian dia ditolak cewek itu. Lha aku tau dia ditolak, kupikir nggak salah kalau aku akhirnya deketin dia. Singkat cerita, pria ini lalu menyatakan kalau dia suka padaku. Lalu tiga hari kemudian, aku sama dia ngobrol (lebih tepatnya berseteru dengan menahan diri untuk nggak teriak) di samping masjid sekolah. Dari pembicaraan itu aku tahu kalau si cewek yang tadi menolak dia nggak rela melihat kami dekat dan si pria ini nggak rela melihat cewek itu bersedih. Sakit hati aku, jelas. Tapi aku lebih nggak rela menyiksa diriku sendiri dengan terus bersama pria itu (yang jelas-jelas nggak mau bersamaku apapun alasannya). Ya sudah, aku tegaskan dengan satu pertanyaan: "Kamu masih suka sama dia?" Diamnya sudah menjadi jawaban njuk langsung tak tinggal lunga. Tamarindus, sinetron banget adegane, luwih epic nek nganggo udan deres sakjane 😅

Setelah kejadian itu, selama beberapa minggu bahkan bulan setelahnya, aku dengerin Too Little Too Late - JoJo on repeat di mana aja. Dari kamar mandi, rumah, bahkan di kelas sampai mobilnya Mamah, berharap sakit hati itu bisa keluar semua. Itu sakit hatinya sama kaya orang baru kerja sehari njuk besoknya dipecat. Tambahan lagi, kejadian itu berlangsung menjelang Ujian Nasional. Hadeh, larane lipet-lipet.

Lagu ini liriknya penuh kemarahan. Intinya yaudalah, daripada aku cuma mbok jadiin mainan, mending kamu pergi aja dari kehidupanku. Tapi musiknya yang 'menggoyang' dan vokalnya JoJo yang asik bikin kesan itu mengabur. Suaranya JoJo yang tipis dan lentur adalah salah satu jenis suara favoritku.


Dan tentu saja, best part lagu ini adalah bagian lirik yang ini, yang suka kunyanyikan dengan penuh emosi:

I can love with all my heart, baby
I know I have so much to give
With a player like you, I don't have a prayer
There's no way to live

Sekarang cerita itu tinggal cerita. Aku dan si pria masih berteman. Tapi nggak dipungkiri cerita itu jadi pelajaran buat aku. Orang yang udah punya gebetan atau suka sama orang itu sejatinya sudah nggak single biarpun statusnya nggak punya pasangan. Yang single fisiknya doank, hatinya taken. Mending nggak usah digebet.

By the way ini kan post-nya sebenernya mau ngomongin lagu, kok jadi cerita 😅 



*video taken from Youtube

Popular Posts