25 Songs 25 Days

25 Songs, 25 Days: Day 05

October 18, 2017

Day 05: A song that s often stuck in your head


Tiga bulan lalu aku menemukan sebuah lagu bagus dari boyband Korea kesukaan sepupuku, kelompok sembilan ikemen bernama EXO. Lagu itu berjudul Ko Ko Bop. Awalnya aku search lagu itu karena si sepupu gencar ngetwit, bilang kalau lagu itu membuatnya kecanduan.


Ko Ko Bop punya banyak part nada yang asik, yang sering banget autoplay di kepalaku. Sering banget pas lagi ngapain, tiba-tiba randomly nyanyi "Ah woo~ goyohan bamiya~" atau pas di boncengan motor tiba-tiba "It goes down down baby~" 😃

Aku sebenarnya bukan fangirl boyband apapun, tapi setelah mendengarkan beberapa lagunya, kuakui EXO termasuk boyband yang kusukai (selain BTS 😁). Wajah-wajah personelnya mampu melepas penat di mata, pun suaranya nggak bisa dibilang jelek. Setelah mendengarkan beberapa lagu, aku menobatkan diri berada di barisan penggemar Do Kyung Soo alias D.O, salah satu vokalis EXO. Karena kalau nyanyi bareng pasti sambil dance dan dibantu record, aku justru mengenali suaranya ketika nyanyi terpisah dengan beberapa personel yang vokalis saja. Wajahnya juga manis. Gaya khasnya kalo nyanyi pas part-nya pasti di-shoot dari samping, dengan tatapan cool tapi pelit senyum dan kepala diangkat. Ah, ini mah gestur mengundang para gadis menjerit-jerit 😃



*video taken from Youtube

25 Songs 25 Days

25 Songs, 25 Days: Day 04

October 17, 2017

Day 04: A song that calms you down


Aku menemukan lagu ini baru beberapa minggu lalu dan langsung jatuh cinta.
Sea - BTS.

Meski minim vokal, lebih banyak rap, lagu ini secara keseluruhan sederhana dan manis. Suara debur ombak yang menyapa telinga sebelum intro yang mendayu selalu membuatku merasa benar-benar berada di tepi laut (tahu kan kalau aku suka sekali dengan laut?). Rap Monster, sebagai rapper pembuka lagu ini, lebih slow menyuarakan part rap-nya. Lebih terkesan seperti membacakan sebuah puisi, tapi justru membawaku pada suasana angst yang bittersweet.




Bagian kesukaanku tentu saja refrain. Bagian ini adalah bagian yang menurutku paling indah. Nadanya lembut dan makna liriknya...

희망이 있는 곳엔 반드시 시련이 있네
Where there is hope, there is always hardship

V alias Kim Tae Hyung menutup lagu dengan suara rendahnya yang tebal, menyuarakan nada yang sama dengan refrain namun mengambil oktaf lebih rendah. Lirik di bagian ini adalah penerimaan untuk kesedihan. Seperti ketika kita berada di tepi laut, mendengarkan ombak dan memikirkan seluruh rasa sedih dan galau. Kita meresapinya sebentar saja, mengizinkan diri sendiri untuk bersedih sejenak lalu meninggalkan kesedihan itu bersama jejak kaki yang hilang disapu ombak. Penerimaan rasa sedih yang sebentar ini membuat kita tetap manusiawi, secara bersamaan mengosongkan emosi untuk menghadapi apa yang ada di depan selanjutnya.

Lagu ini membawa efek yang berbeda tergantung suasana hatiku saat mendengarkannya. Aku pernah mendengarkannya saat marah dan dengan cepat darahku yang mendidih jadi dingin. Aku pernah mendengarkannya ketika sedang sangat sedih dan langsung tersengguk tepat ketika refrain dinyanyikan, tapi habis itu jadi lega. Yang jelas ketika tubuh dan pikiran sedang lelah, lagu ini jadi pilihan untuk kudengarkan sampai aku ketiduran.

Bagiku lagu yang menenangkan nggak mesti lagu yang seluruhnya manis. Lagu yang angst pun bisa menenangkan karena sejatinya emosi dan perasaan yang harus ditenangkan.


*video taken from Youtube

25 Songs 25 Days

25 Songs, 25 Days: Day 03

October 16, 2017

Day 03: A song that reminds you of one/both of your parents


As a child from divorced parents, I think it is understandable that I have very few memories of me being with them. Together. Meskipun begitu aku bersyukur tetap punya beberapa memori manis yang masih bisa kuingat. Salah satunya antara aku, orang tuaku dan bioskop.

Pertama kalinya aku nonton bioskop adalah waktu aku masih TK. Mamah dan Papah mengajakku nonton The Lion King. Aku excited banget melihat deretan poster film, popcorn, ruangan dengan layar super besar. Excitement kali pertama itu memuncak ketika teater digelapkan dan hentakan Circle of Life membuka film, dengan adegan matahari terbit tampak di layar. Perasaan luar biasa dalam diriku, yang mungkin saat itu berumur belum lima tahun, masih bisa kuingat dan kurasakan sampai sekarang. Hari itu untuk pertama kalinya Mamah dan Papah membawaku ke tempat yang akan jadi salah satu tempat kesukaanku. Aku kadang masih sulit menahan air mata kalau mendengar lagu ini ketika sedang posisi sendirian atau nggak sengaja ingat kenanganku waktu kecil. Ini aja ngetiknya sambil mbrambangi 😢




It's the circle of life
And it moves us all
Through despair and hope
Through faith and love
Till we find our place
On the path unwinding
In the circle
The circle of life

Lagu ini sangat sangat indah. Apalagi kalau sudah pernah nonton filmnya, adegan matahari terbit dan hewan-hewan berbondong-bondong menuju Pride Rock itu unforgettable. Liriknya simpel dan penuh makna. Bahwa kehidupan setiap makhluk di dunia saling terkait dan, seperti kata Mufasa pada Simba, setiap makhluk menjalankan perannya dalam lingkaran raksasa itu. Mufasa bahkan menjelaskan contoh simpelnya, rantai makanan, dari anorganik kembali menjadi anorganik. Bahasa 'asing' pembuka lagu ini, menurut yang kubaca di Metrolyrics, adalah bahasa Zulu, Afrika. Suasana savana-nya jadi kerasa banget kan?

Lagu ini (beserta filmnya of course) membentuk salah satu kenangan terindahku bersama Mamah dan Papah. Meski kenanganku bersama Mamah dan Papah, bersama-sama, nggak banyak yang bisa kuingat, aku bersyukur punya hal indah yang bisa kuingat, bersyukur pernah jadi gadis kecil yang bermanja mesra dengan mereka. Lagu ini adalah mesin waktu bagi Icha yang, insya Allah, sudah dewasa untuk kembali ke masa kecilnya yang sangat bahagia.


*video taken from Youtube

25 Songs 25 Days

25 Songs, 25 Days: Day 02

October 15, 2017

Day 02: A song that reminds you of your most recent ex-boyfriend/girlfriend


Sejujurnya aku cuma pacaran satu kali, terus aku dilamar dan menikah sama pacarku itu. Jadi aku nggak punya ex-boyfriend 😃 Tapi sebelum sama dia, jumlah gebetanku jangan ditanya. So instead of dedicating this category to an ex-boyfriend, I will tell you a song that reminds me of my ex-gebetan 😅

Pria ini adalah gebetanku sepuluh tahun yang lalu. Meski aku punya banyak gebetan, dia ini gebetanku yang paling 'ada ceritanya'. Intinya aku suka sama dia tapi dia suka sama orang lain. Aku agak lupa ceritanya, tapi kemudian dia ditolak cewek itu. Lha aku tau dia ditolak, kupikir nggak salah kalau aku akhirnya deketin dia. Singkat cerita, pria ini lalu menyatakan kalau dia suka padaku. Lalu tiga hari kemudian, aku sama dia ngobrol (lebih tepatnya berseteru dengan menahan diri untuk nggak teriak) di samping masjid sekolah. Dari pembicaraan itu aku tahu kalau si cewek yang tadi menolak dia nggak rela melihat kami dekat dan si pria ini nggak rela melihat cewek itu bersedih. Sakit hati aku, jelas. Tapi aku lebih nggak rela menyiksa diriku sendiri dengan terus bersama pria itu (yang jelas-jelas nggak mau bersamaku apapun alasannya). Ya sudah, aku tegaskan dengan satu pertanyaan: "Kamu masih suka sama dia?" Diamnya sudah menjadi jawaban njuk langsung tak tinggal lunga. Tamarindus, sinetron banget adegane, luwih epic nek nganggo udan deres sakjane 😅

Setelah kejadian itu, selama beberapa minggu bahkan bulan setelahnya, aku dengerin Too Little Too Late - JoJo on repeat di mana aja. Dari kamar mandi, rumah, bahkan di kelas sampai mobilnya Mamah, berharap sakit hati itu bisa keluar semua. Itu sakit hatinya sama kaya orang baru kerja sehari njuk besoknya dipecat. Tambahan lagi, kejadian itu berlangsung menjelang Ujian Nasional. Hadeh, larane lipet-lipet.

Lagu ini liriknya penuh kemarahan. Intinya yaudalah, daripada aku cuma mbok jadiin mainan, mending kamu pergi aja dari kehidupanku. Tapi musiknya yang 'menggoyang' dan vokalnya JoJo yang asik bikin kesan itu mengabur. Suaranya JoJo yang tipis dan lentur adalah salah satu jenis suara favoritku.


Dan tentu saja, best part lagu ini adalah bagian lirik yang ini, yang suka kunyanyikan dengan penuh emosi:

I can love with all my heart, baby
I know I have so much to give
With a player like you, I don't have a prayer
There's no way to live

Sekarang cerita itu tinggal cerita. Aku dan si pria masih berteman. Tapi nggak dipungkiri cerita itu jadi pelajaran buat aku. Orang yang udah punya gebetan atau suka sama orang itu sejatinya sudah nggak single biarpun statusnya nggak punya pasangan. Yang single fisiknya doank, hatinya taken. Mending nggak usah digebet.

By the way ini kan post-nya sebenernya mau ngomongin lagu, kok jadi cerita 😅 



*video taken from Youtube

25 Songs 25 Days

25 Songs, 25 Days: Day 01

October 14, 2017

Day 01: A song from your childhood


Sebagai anak era '90-an, semua orang seumuranku pasti mengenal lagu ini.

OPENING KERA SAKTI

Lagu ini booming se-booming-booming-nya ketika adaptasi Journey To The West yang aslinya entah produksi tahun berapa, diputar di salah satu stasiun televisi swasta di negara ini. Lagunya yang earcatchy, lucu, dengan lirik super simpel membuat semua penduduk tahun sembilan puluhan mendadak jago ngerap. Bahkan berdasarkan ingatan salah satu sahabatku, kami sekelas waktu SD pernah nyanyiin lagu ini di kelas, ngerap rame-rame. Lagu apa lagi yang bisa menggambarkan bahagianya masa kecilku coba 😂

Jadi kupersembahkan lagu fenomenal ini untuk kalian generasi tahun sembilan puluh. Selamat bernostalgia menuju masa kecil bahagia!





*video taken from Youtube

25 Songs 25 Days

25 Songs, 25 Days: Main Post

October 13, 2017

Hello! I'm back with daily prompts. Lately I don't know what to write so this blog end up kinda hiatus. Hopefully daily prompts will be able to force me to write more regularly. I found this prompt at Pinterest long time ago and decided to start writing daily posts with that. Besides it is about music. The whole world know how I love music very much. Here is the list of categories.



Now I'm getting excited.

I will (hopefully) post one category everyday. The post will include a video/MV of the song I choose and a short story about why I choose the song or the event related to it.  As you know that my life and music are inseparable, in the next posts you will see a more personal side of me.

Well, enjoy the songs and good luck to me (for writing daily)! 😁

health and beauty

Anxiety Menjelang ‘Hari Besar’

September 07, 2017


Tidak dipungkiri, aku adalah seorang over-thinker. Apa-apa dipikirin, yang belum kejadian pun dipikirin. Bahasa kerennya diantisipasi. Gimana ya kalau besok begini padahal udah rencana begini? Gimana kalau ntar begini padahal begitu?



Seperti yang sudah diduga, lama-kelamaan kebiasaan banyak mikir itu menjadi sindrom tak terkendali. Apa yang terjadi? Aku jadi uneasy setiap kali akan menghadapi sesuatu yang ‘besar’. Mulai dari wawancara kerja sampai even hal yang biasa saja seperti mau travelling esok hari. Gejala paling umum adalah jantung berdebar dan susah tidur. Tingkatan paling berat yaitu terjaga nyaris semalaman, mata segar bugar kelop-kelop nggak ada ngantuk sama sekali. Yang lebih ringan, bisa tidur tapi dengan jumlah jam yang teramat minim atau bangun jauh lebih awal dari waktu yang dijadwalkan (padahal waktu yang dijadwalkan itu sudah diperhitungkan se-‘aman’ mungkin). Bukan sekali dua kali, besok mau bepergian dan aku menjadwalkan diri untuk bangun pukul 5, tapi pukul 2-3 sudah melek dengan suksesnya. Dipaksa tidur lagi malah tambah klisikan. Duh.

Sindrom over-anticipated ini nggak lain hasil bentukan dan pembiasaan sejak kecil, yaitu sebisa mungkin selalu well-prepared, lebih-lebih prepared for the worst. Niatnya sih bagus, biar aku nggak panikan menghadapi situasi tak terduga. Nggak disangka, itu juga berdampak kurang baik bagi diriku sang worrywart pig ini. Yang ada aku jadi mikir yang enggak-enggak. Kemungkinan-kemungkinan yang semestinya tak terduga itu udah diduga-duga duluan, skenarionya udah tersusun duluan di otak. Untungnya sejauh ini si sindrom nggak pernah mengganggu secara langsung ‘hari besar’ yang akan dijalani. Tapi tetep aja, kebiasaan begini nggak bagus kan? Celakanya, kebiasaan mikir berlebihan begitu bisa membawa diri semakin dekat kepada anxiety disorder. Ngeri kan?

Untungnya makin ke sini over-anticipated-ku makin berkurang tingkat keparahannya. Meski aku masih selalu blingsatan menjelang sesuatu yang besar, aku udah jarang terjaga semalaman karenanya. Walau nggak nyenyak, aku masih bisa dapat cukup istirahat. Mengalihkan kecemasan menjadi energi positif adalah kunci untuk menangkal pikiran negatif dari antisipasi berlebihan. Ini beberapa hal yang kulakukan untuk menurunkan tingkat keparahan sindrom over-anticipated dan kecemasan yang kuderita. 


1. Being well-prepared, mau nggak mau! 
Kalau mau menghindari hal-hal tak terduga yang tak diinginkan, mau nggak mau kita memang harus well-prepared. Untuk urusan ini, tergantung keperluannya, mempersiapkan sesuatu bisa dengan sistem mencicil dari jauh hari atau dalam beberapa kasus pribadiku, memanfaatkan ledakan mood sehingga preparasi bisa maksimal. Belajar buat ujian nggak mungkin sekali jadi kan? Mesti dicicil sepanjang semester kalau perlu. Nah, sebaliknya untuk urusan packing menjelang travelling, aku merasa semalam sebelumnya adalah saat paling tepat untuk beberes. Mood packing ada di puncak dan aku bisa lebih saksama memilah dan menata supaya nggak ada yang ketinggalan. Kalau packing dicicil jauh hari (kecuali packing untuk acara yang bener-bener besar macam ke luar negeri atau umrah/haji), takutnya malah ada yang kelupaan karena ada barang yang keluar masuk koper. Bikin to-do atau to-carry list, menyiapkan cadangan ‘amunisi’ (entah amunisi baju, uang, cemilan, atau bahkan amunisi referensi untuk sidang tugas akhir), dan mempelajari situasi dengan baik penting diterapkan dalam ‘hari besar’ apapun.

2. Curhat dan cerita, ngobrol apa aja.
Ini berguna banget untuk menumpahkan kecemasan menjelang hari yang diantisipasi. Tapi kenyataannya seringkali aku justru nggak ngomongin hal yang akan kuhadapi. Yang diobrolin justru hal-hal lain sehingga perhatian teralihkan dari kecemasan-kecemasan itu. Kalau aku tegang, Mas Radif suka ngajakin ketawa-ketawa. Oh, pernah sekali aku dibikin jengkel pas mau tes microteaching dan tes hari itu terlewati dengan lancar. Setelahnya dia berkata,“Besok-besok kalau mau tes tak bikin anyel lagi, ah. Kamu kan jadi pinter kalau lagi marah.” 😅

3. Mengalihkan perhatian.
Mendengarkan musik atau makan minum sesuatu yang ringan bisa jadi pilihan untuk mengalihkan perhatian. Lagu-lagu yang motivational jadi pilihanku untuk menurunkan kecemasan sekaligus menyuplai energi untuk menghadapi tantangan. Pagi hari sebelum berangkat wawancara kerja misalnya, Pacific Rim’s Theme Song, I Believe (Christina Perri), lagu-lagu upbeat soundtrack Naruto dan Kuroko no Basket adalah makanan wajib di sela bersiap.
Menyibukkan diri dengan kegiatan fisik juga sarana ampuh meminimalisasi kecemasan. Menjelang hari pernikahan, aku nggak tegang SAMA SEKALI. Gimana enggak, calon manten putri, yang awamnya dimanja dengan lulur dan spa, disuruh emaknya ngebabu ngepel rumah Eyang (yang lebarnya subhanallah walhamdulillah wallahu akbar) dan bebersih kamar manten (iye, kamar manten gue sendiri 😑) dan itu H-1 AKAD NIKAH! (Waktu aku protes, Mamah dengan kejamnya menjawab,“Itung-itung olahraga, biar kurus pas hari H” yang mana nggak terjadi.) Temen-temen yang udah pada nikah duluan pada cerita, semalem sebelum akad mereka pada nggak bisa tidur. Di sini mau tegang udah capek duluan. Besok akad, malam ini aku nglepus. Efeknya enak sih, besoknya seger jiwa raga. See, Mother knows best 💖

4. Berdoa
Masih perlu penjelasan kah? Allah sebaik-baik pelindung dan pembuat sekaligus penyukses rencana. Ikhlas, hati tenang, tidur nyenyak, insya Allah semua beres 😇 


Do you have any other tips? Please do share 😊 


*in response to today's prompt on The Daily Post: anticipate
*image taken from Pinterest

happiness

July Tunes

July 26, 2017

Hi! After a very long hiatus, I finally come back to this blog again. Habis nikah jadi jarang menyentuh laptop dan blog. Adaptasi menjadi istri tak semudah itu rupanya. Fiuh.

Aku memutuskan untuk comeback blogging di bulan Juli karena bulan ini adalah bulan favoritku. Selain karena personal reasons dan udara Monsoon yang lumayan dingin, banyak hal baik terjadi di bulan ini. Anyway, karena bulan ini cukup menyenangkan, aku memutuskan untuk mengisi post kali ini dengan July tunes, yaitu daftar lagu kesukaanku di bulan ini. Here they are.


1. LONELY by SISTAR


Lagu yang sebenarnya berlatar suasana patah hati ini justru punya beat dan melodi yang sangat easy-listening. Suaranya Hyorin yang kuat, Dasom yang innocent, Soyou yang melankolis, dan slow-rap dari Bora entah bagaimana berhasil membuatku eargasm, nggak bisa berhenti dengerin lagu ini sampai beberapa hari. Bahkan lagu ini berhasil membuka channel inspirasi menulisku dan berujung terciptanya scene sepanjang 23 pages MS Word. Sedihnya, ini lagu di album terakhir SISTAR karena bulan lalu mereka mengumumkan bahwa mereka nggak lagi bareng sebagai satu grup alias disband. Bye bye, SISTAR 😢


2. Dreaming (꿈꾼다) by Han Hee Jung (Ost Weightlifting Fairy Kim Bok Joo)


No need to explain too much. Beautiful melody, soothing guitar plus piano and voice, simple yet meaningful lyrics. How can we not love this song?


3. It's Love (사랑이라고) by Choi Yoon Ah (Ost Rebel: Thief Who Stole The People)


This song is simply beautiful. Entah kenapa waktu mendengarkannya aku bisa membayangkan langit malam yang penuh bintang...


4. Drench (잠잠히 적시고나) by Jambinai feat. Park Min Hee


Lagu ini adalah lagu paling mengaduk emosi yang pernah kudengar sejauh ini. Jambinai, yang membawakan lagu ini, adalah band berformat fusion alat musik tradisional Korea dengan sentuhan modern.  Lagu ini cocok mengisi Rebel karena sentuhan tradisionalnya sangat sangat kental. Gesekan haegeum (aka rebab-nya Korea) di lagu ini bener-bener asli menyayat hati. Pertama kali aku dengar lagu ini, mata entah gimana otomatis berkaca-kaca. Lirik lagu ini sangat poetic, dinyanyikan dengan cara yang menurutku agak mirip pansori, cara bernyanyi tradisional Korea. Aku pernah iseng mendengarkan lagu ini sambil membaca sebuah cerita yang agak angsty. Ujung-ujungnya malah baper, mau nangis sendiri 😢


5. Ko Ko Bop by EXO
 

Salah satu sepupuku yang nge-fan sama EXO ngetwit kalau dia lagi kena demam Ko Ko Bop. Aku langsung cari lagunya dan menemukan bahwa lagu ini surprisingly sangat enak didengarkan. Bagi aku yang kurang suka lagu yang terlalu upbeat dan melodi yang terkesan datar, lagu ini langsung cocok sama selera kupingku, meski nyatanya aku bukanlah penggemar EXO. Music video-nya juga colourful. Sepertinya di acara kumpul-kumpul karaokean berikutnya, lagu ini bakal masuk playlist 😆 


Do you like any of these songs as well? Let me know! 😊

Popular Posts